Persidangan Proto Sinode (1948 - Jakarta)
Ds. B.A. Supit , Ds. J.A. de Klerk , Ds. L.A. Snijders
Persidangan
P Proto Sinode (1948 - Jakarta)
Waktu
25-31 Oktober 1948
Tempat
Gereja Paulus dan Gereja Immanuel (penutupan)
Alamat
Jalan Taman Sunda Kelapa No. 12 Jakarta 10310
Jumlah Jemaat
Tahun 1948 terdapat 7 Klasis yang terdiri dari 53 jemaat yang tidak termasuk dalam GMIM, GPM dan GMIT yaitu :
1. Klasis Jawa Barat terdiri dari 9 Jemaat di Jakarta (*), Tanjung Priok (*), Jatinegara (*), Depok (*), Bogor (*), Cimahi(*), Bandung (*), Cirebon, Sukabumi.
2. Klasis Jawa Tengah terdiri dari 6 Jemaat di Semarang (*), Magelang, Yogyakarta, Cilacap (*) (*), Nusakambangan, Surakarta.
3. Klasis Jawa Timur terdiri dari 12 Jemaat di Madiun, Kediri, Madura, Surabaya (*), Mojokerto, Malang (*), Jember (*), Bondowoso, Banyuwangi, Singaraja, Denpasar, Mataram.
4. Klasis Sematera terdiri dari 7 Jemaat di Sabang, Kutaraja, Medan (*), Pematang Siantar, Padang, Teluk Bayur, Palembang (*).
5. Klasis Bangka (*) Riau terdiri dari 4 Jemaat di Tanjung Pinang, Pangkal Pinang, Muntok, Tanjung Pandan.
6. Klasis Kalimantan terdiri dari 8 Jemaat di Singkawang, Pontianak (*), Banjarmasin (*), Samarinda, Balikpapan, Tarakan, Sanga-Sanga, Kotabaru.
7. Klasis Sulawesi Selatan terdiri dari 7 Jemaat di Makassar (*), Pare-Pare, Watansopeng (*), Palopo, Bone, Malino.
Tanda (*) adalah jemaat yang hadir di Persidangan Proto Sinode.
Data terakhir dalam buku "Sejarah Perjalanan 70 tahun GPIB" oleh H. Ongirwalu dan C. Wairata tercatat 70 jemaat yang berada dalam wilayah GPI di Indonesia Bagian Barat.
Karena terbengkalainya pelayanan, beberapa jemaat tidak diketahui lagi keberadaannya dan beberapa telah meleburkan diri ke gereja lain (Garut, Pati, Nusakambangan, , Gombong, Klaten, , Wates, ,Bukittinggi, Bonthain, Sukabumi).
Jumlah Jiwa
Seluruh warga GPIB diperkirakan berjumlah 200.000 jiwa
***
Persidangan ini merupakan tindak lanjut keputusan Persidangan Sinode Am III GPI untuk membentuk Gereja Bagian Mandiri ke 4 dalam lingkungan GPI.
Peserta yang hadir pada persidangan ini adalah perutusan 19 dari 70 Jemaat GPI yang akan dimandirikan berasal dari Jakarta, Priok-Tugu, Meester Cornelis - Jatinegara, Bogor, Depok, Cimahi, Bandung, Cilacap, Semarang, Surabaya, Malang, Jember, Makassar, Soppeng, Banjarmasin, Pontianak, Bangka, Palembang dan Medan.
Jumlah Jiwa
Seluruh warga GPIB diperkirakan berjumlah 200.000 jiwa
***
Persidangan ini merupakan tindak lanjut keputusan Persidangan Sinode Am III GPI untuk membentuk Gereja Bagian Mandiri ke 4 dalam lingkungan GPI.
Peserta yang hadir pada persidangan ini adalah perutusan 19 dari 70 Jemaat GPI yang akan dimandirikan berasal dari Jakarta, Priok-Tugu, Meester Cornelis - Jatinegara, Bogor, Depok, Cimahi, Bandung, Cilacap, Semarang, Surabaya, Malang, Jember, Makassar, Soppeng, Banjarmasin, Pontianak, Bangka, Palembang dan Medan.
Pokok Bahasan
PEMBUKAAN
Pembukaan Proto Sinode dilaksanakan hari Senin, 25 Oktober 1948 di Ruang Perpustakaan Nassau Kerk (Gereja Paulus) pukul 18.00 dengan acara :
- Ibadah dengan Khotbah Pengarahan Ds. J.A. de Klerk dan Ds. B.A. Supit (Efesus 4 : 3-7).
- Perjamuan Kudus
- Penetapan Pimpinan Sidang
- Penetapan bahasa yang digunakan dalam sidang
PEMBAHASAN
Pembahasan dan penetapan Tata Gereja yang terdiri dari 25 pasal, Peraturan untuk Persidangan Gereja (4 pasal) dan Peraturan untuk Majelis Gereja (12 pasal).
Pemilihan anggota Majelis Sinode
- Peresmian GPIB oleh Algemene Moderamen GPI
Melembagakan Gereja Bagian Mandiri ke 4 GPI pada tanggal 31 Oktober 1948 dengan nama "De Protestantse Kerk in Westelijk Indonesie" (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat) yang berazas Presbiterial Sinodal.
PENUTUPAN
- Kata Pengantar Ketua Majelis Sinode GPIB Ds. J.A. de Klerk
- Ibadah penutup dengan khotbah oleh wakil ketua Majelis Sinode Ds. B.A. Supit
Ramah Tamah
Majelis Sinode
Majelis Sinode GPIB I Masa Bakti 1948-1950 (Majelis Sinode "De Protestantse Kerk in Westelijk Indonesië)" yang pertama adalah:
Ketua : Ds. J.A. de Klerk
Wakil Ketua : Ds. B.A. Supit
Sekretaris : Ds. L.A. Snijders
Wakil Sekretaris : Penatua J.A. Huliselan
Bendahara : Penatua. E.E. Marthens
Penasihat : Penatua E.A.P. Klein
Pendeta Bahasa Indonesia : Ds. D.F. Sahulata
Pendeta Bahasa Belanda : Ds. J.H. Stegeman
***
Kantor Majelis Sinode GPIB
Jalan Medan Merdeka Timur 10
Jakarta Pusat
***
Pdt. Hendrik Ongirwalu mencatat bahwa pada saat terjadi peralihan secara administratif dari 53 jemaat GPI ke GPIB, ada beberapa masalah yang menjadi tugas GPIB untuk mengatasinya.
Di antaranya adalah :
Jemaat-jemaat itu sebagian besar tidak terurus dengan baik akibat Perang Dunia II (1941-1945) dan Perang Kemerdekaan Indonesia (1945-1949),
tidak tersedianya tenaga pelayan yang cukup baik untuk memimpin GPIB, terpecahnya jemaat karena pemakaian bahasa Belanda dan bahasa Indonesia di satu jemaat (dengan dua Majelis Jemaat),
kesulitan keuangan yang diakibatkan ketergantungan jemaat asal GPI pada subsidi pemerintah,
perangkat teologi (pengakuan iman dan ajaran, tugas dan panggilan gereja, liturgi dan nyanyian serta Tata Gereja) yang tidak sempat ditata dengan baik sebagai alat pembinaan gereja.
Karena itu GPIB segera mengadakan penataan organisasi dan kelengkapan-kelengkapannya.
Menurut Pdt. Ongirwalu periodisasi sejarah GPIB terdiri dari Masa Konsolidasi (1948 - 1970), Masa Pembangunan (1970 - 1982) dan Masa Kemandirian (1982 -sekarang).
Sejarah GPB dapat pula dibagi dalam 4 tahap. yaitu (i) tahapan konsolidasi (1948-1966), (ii) tahapan awal menuju Jemaat Misioner (1966-1986), (iii) tahapan pertumbuhan memasuki Jemaat Misioner (1986-2006), serta (iv) membangun dan mengembangkan Gereja Misioner (2006-2026).
***
Beberapa tahun sebelumnya yaitu pada tahun 1935 dilakukan pemisahan administrasi antara Gereja dan Negara dan pada 1 Pebruari 1950 dilakukan pemisahan keuangan oleh pemerintah Indonesia yang diumumkan oleh Presiden Ir. Soekarno.
Dengan demikian GPI/GPIB merupakan badan hukum yang berdiri sendiri terlepas dari ketergantungannnya pada negara.
Sementara itu gereja-gereja di Indonesia yang turut berpartisipasi dalam gerakan oikumene se dunia pada tanggal 25 Mei 1950 membentuk Dewan Gereja-gereja di Indonesia dimana GPIB ikut serta dalam proses pembentukannya.
Dalam Tata Gereja 1948 ada disebutkan pelayanan bagi pemuda. untuk membahas bentuk pelayanan maka pada 13-17 Juli 1950 pemuda GPIB melangsungkan Konperensi Pemuda di Surabaya. Disepakati untuk mewujudkan persekutuan dan pelayanan pemuda GPIB dalam wadah Gerakan Pemuda GPIB, tanggal 15 Juli kemudian ditetapkan sebagai hari lahir GP GPIB sebagai wadah pembinaan & pelayanan warga GPIB kategori usia 17 - 35 tahun.
Pelayanan untuk anak, pemuda dan kaum ibu telah dilakukan jauh sebelum GPIB berdiri tahun 1948 oleh yang dibentuk oleh lembaga penginjilan (zending). Pada abad 19 pemerintah Belanda mengizinkan Badan Zending Belanda (NZG) mengadakan penginjilan di Maluku, Minahasa dan Timor.
Para guru, penginjil hasil pembinaan zending ini membentuk kelompok kesalehan (kelompok doa, paduan suara, pelayanan sekolah minggu, pemuda, kaum ibu dsb). Oleh GPI mereka disebarkan / diutus ke wilayah Sulawesi Selatan, Kalimantan, Sumatera, Jawa dan menerapkan pembentukan kelompok / panguyuban kesalehan di gereja -gereja yang kelak dilayani oleh GPIB. Kelompok ini melayani dalam jemaat namun tidak/belum berada dalam organisasi GPIB.
Peta Lokasi dan Street View
0 Komentar